Sabtu, 14 Januari 2017
BUDIDAYA DAN KUALITAS TANAMAN BAYAM DI INDONESIA
Meskipun secara kualitas Indonesia sudah mampu berswasembada pangan, tetapi secara kualitas, mutu pangan yang dikonsumsi sebagian besar penduduk masih tergolong rendah. Status kesehatan sebagian besar penduduk Indonesia masih perlu ditingkatkan terus-menerus untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia menyongsong era globalisasi. Malnutrisi baik yang berupa kekurangan vitamin maupun mineral masih terjadi, khususnya pada penduduk yang berpenghasilan rendah. Sayuran, termasuk bayam, adalah sumber vitamin dan mineral yang dapat diproduksi secara murah dan jumlahnya tidak terbatas, pasokannya sinambung. Sayuran tersebut juga mengandung serat yang sangat berguna untuk membantu proses pencernaan makanan dalam lambung sehingga dapat mencegah penyakit organis kanker lambung. Bayam (Amaranthus spp. L.) memiliki sekitar 60 genera, yang masing-masing jenisnya mempunyai daerah sebar yang sangat luas karena mampu hidup di ekosistem yang beragam. Dari sudut pandang manusia awam, bayam adalah komoditas sederhana, dalam pengertian mudah didapat setiap saat dengan harga murah, dan pengolahan untuk makanan sederhana. Tanaman bayam mampu bertahan hidup pada berbagai habitat yang bercekaman dan mampu menghasilkan biji dalam jumlah banyak. Biji bayam relatif mudah rontok dan banyak anggotannya yangberperan sebagai gulma, baik tumbuh bersaing dengan tanaman budidaya pokok maupun lahan kosong. Salah satu jenis bayam yaitu A. spinosus Linn. Memiliki duri dan sebagai gulma yang sangat menjengkelkan petani. Dipihak lain, bayam memiliki keunggulan komparatif antara lain masih mampu tumbuh subur dan cepat pada ekosistem yang marjinal, daun dan bijinya memiliki nilai nutrisi yang sangat tinggi. Banyak jenisnya yang berpotensi dikembangkan sebagai tanaman hias, obat nabati, zat pewarna alami, penyedia serat-seratan, penyedia hijauan makanan ternak dan bahan organik penyubur tanah. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila terjadi anggapan (sementara) yang saling bertentangan meskipun dari satu sumber. Sebagai contoh Rumphius (dalam Heyne, 1987) menulis bahwa “tanaman bayam hampir di seluruh dunia dikenal dan dihina, keadaan di Indonesia sebaliknya. Di Indonesia bayam merupakan tanam yang paling penting di antara tanaman sayuran.” Juga tidak mengherankan apabila “National Academy of Sciences” memasukkan bayam sebagai anggota dari “Underexploited tropical plant with promosing economic value” (National Academy of Sciences, 1975). Julukan yang diberikan kepada komoditas bayam, khususnya bayam biji antara lain adalah : “A forgotten cereal of an ancient America” (Safford 1917 dalam National Research Council 1984), “Modern prospects for an ancient crop” (National Research Council, 1984), “New potential for an old crop” (Food Review International 1992). Kata “amaranth” dalam bahasa Yunani berarti “everlasting” (abadi), dan di Mexico, makanan brondong biji bayam disebut “alegria” (happiness, kebahagiaan)
Teknik bertanam dan pemeliharaan Perlu dicoba dua cara bertanam yaitu cara bedengan dua baris tanaman dan tanpa bedengan satu baris tanaman, cara yang terakhir ini lebih cocok diterapkan did aerah dataran tinggi. Lahan yang akan ditanami dicangkul sedalam 30-40 cm, bongkah tanah dipecah gulma dan suluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. Kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 120 cm atau 160 cm, tergantung jumlah populasi tanaman yang akan ditanam nanti. Dibuat parit antar bedengan selebar 20-30 cm, ke dalam 30 cm untuk drainase. Pada bedengan dibuat lubang-lubang tanam, jarak antar barisan 60-80 cm, jarak antar lubang (dalam barisan) 40-50 cm. Oleh karena itu akan diperoleh jarak tanaman apakah 60 cm x 50 cm atau 80 cm x 40 cm. Jarak tanam tersebut dapat divariasikan sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis bayam sehingga populasi tanaman per hektar berkisar antara 30000-60000 tanaman. Selanjutnya diberi pupuk organik, untuk tiap lubang calon tanaman sekitar 0,4-0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk organik akan berkisar 15-30 ton. Untuk pertanaman di dataran rendah bekas sawah, pupuk organik tidak diberikan atau diberikan dalam jumlah lebih sedikit, tetapi tinggi bedengan perlu ditambah atau dalamnya parit antar Monograf No. 4, Tahun 1996 A. Widjaja W. Hadisoeganda : Bayam Sayuran Penyangga Petani di Indonesia Balai Penelitian Tanaman Sayuran 21 bedengan perlu diperdalam. Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk N (Urea sekitar 250 kg/ha atau ZA 500 kg.ha), TSP 300 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. N diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan yang stengah lagi pada umur 30 hari setelah tanam. Apabila ternyata nanti pertumbuhan tanaman kurang subur, maka dapat dipertimbangkan untuk memberi pupuk N susulan dengan takaran sekitar 125 kg/ha, interval sekitar 30 hari dan dihentikan 30 hari sebelum panen. Pupuk P diberikan sekali pada waktu tanam, sedangkan pupuk K diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan setengahnya lagi pada umur 30 hari setelah tanam. Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan terus-menerus yaitu penyiangan, dilakukan bersamaan dengan pendagiran dan penggulaudan bedengan dan barisan tanaman. Apabila perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu perompesan tunas-tunas liar dan pemasangan ajir/turus untuk memperkuat tegaknya tanaman agar tidak rebah.
KUALITAS TANAMAN BAYAM DI INDONESIA:
Keunggulan bayam disebabkan penggunaan pupuk organik yang diolah secara tepat dan di aplikasikan dengan tepat pula. Untuk mendapatkan hasil bayam yang berkualitas, tidak dibutuhkan penggunaan pupuk organik dalam jumlah banyak. Kualitas bayam yang dihasilkan di Indonesia sudah tergolong berkualitas. Hal tersebut disebabkan karena sudah banyak petani di Indonesia yang mengerti pemanfaatan pupuk organik terhadap perkembangan tanaman bayam.
Oleh karena itu tidak mengherankan apabila terjadi anggapan: "Di Indonesia bayam merupakan tanaman yang paling penting diantara tanaman sayuran, karena budi daya nya yang mudah dan mengandung gizi yang cukup bagi tubuh."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar